Jakarta – Sebanyak 1,46 miliar pengguna iPhone di seluruh dunia menghadapi risiko serangan siber berupa phishing. Perusahaan keamanan Symantec yang berbasis di California mendeteksi serangan tersebut pada 2 Juli 2024.
Pakar keamanan siber Pratama Persadha menjelaskan bahwa serangan phishing bertujuan untuk meretas ID Apple individu. Upaya tersebut dengan mengirimkan pesan teks yang seolah-olah berasal dari Apple. Tetapi sebenarnya hal ini merupakan upaya untuk mencuri informasi pribadi korban.
Modus Metode Social Engineering
Pratama menekankan bahwa celah keamanan yang dimanfaatkan bukan berasal dari perangkat iPhone itu sendiri. Pelaku melakukannya melalui metode social engineering. Pelaku mencoba memanfaatkan kelalaian korban yang mengira pesan yang diterima berasal dari Apple.
Sementara itu, untuk menghindari serangan phishing. Maka, Pratama mengimbau pengguna iPhone untuk membedakan apakah email atau SMS berasal dari sumber yang valid atau tidak. Perhatikan beberapa tanda-tanda yang termasuk kesalahan ejaan, tata bahasa yang buruk.
Selain itu, perhatikan alamat email dan nomor telepon yang tidak sesuai dengan data asli perusahaan. Domain yang digunakan oleh pelaku biasanya mirip dengan perusahaan aslinya, tetapi berbeda jika diperhatikan dengan detail.
Jangan Mengklik Tautan Secara Sembarangan
Saran untk pengguna supaya tidak mengeklik tautan secara sembarangan yang ada di email atau SMS. Sebaiknya, gunakan Two-Factor Authentication.
Selain itu, pastikan selalu memperbarui sistem operasi dan perangkat lunak antivirus untuk melindungi terhadap serangan phishing dan malware terbaru. Sementara itu, pengguna harus melakukan verifikasi dengan menghubungi organisasi atau perusahaan secara langsung melalui saluran resmi.
Terakhir, penting sekali untuk memasang perangkat lunak keamanan yang dapat mendeteksi dan memblokir situs web phishing dan malware, serta tidak pernah memberikan informasi pribadi atau keuangan melalui email, telepon, atau media sosial.


