Self improvement bukan sekadar pilihan, tetapi menjadi kebutuhan utama dalam dunia pendidikan yang terus berubah. Buku Inspiring Teaching dalam bagian awalnya menegaskan pentingnya self continuous improvement bagi para guru. Alasannya sederhana: perubahan adalah keniscayaan, kesalahan adalah pelajaran, dan zona nyaman adalah jebakan.
Mengutip surah Al-‘Alaq ayat 5, “Yang mengajari manusia apa yang belum diketahuinya,” buku ini menanamkan pemahaman bahwa belajar adalah proses tak berujung. Guru bukan hanya pengajar, tapi juga pembelajar sejati.
Dalam bagian berjudul “Tentang Mengapa Harus Melakukan Self Continuous Improvement”, dijelaskan bahwa dunia pendidikan tidak lagi bisa bersikap pasif. Tantangan global seperti kompetisi lintas negara dan kemajuan teknologi telah menuntut guru untuk menyesuaikan diri dengan cepat. Bahkan kini, beberapa sekolah di Indonesia telah menggunakan tenaga pendidik dari luar negeri seperti Filipina dan Singapura, yang dinilai lebih siap menghadapi tantangan global.
Diceritakan pula kisah inspiratif Dr. H. Ib. Hasanuddin—seorang guru senior yang mengajar di sekolah alam. Meskipun berasal dari latar belakang teknik dan lulusan ITB, ia rela terjun ke pendidikan dasar demi pengabdian. “Tidak usah pandang bulu, itulah makna ilmu yang bermanfaat,” begitu pesan yang ia sampaikan dengan penuh ketulusan.
Penulis juga menemukan makna baru dalam profesi guru. Seorang tokoh pendidik disebut masuk ke dunia pengajaran bukan karena faktor ekonomi, tetapi karena “panggilan hati.” Itulah semangat sejati seorang inspiring teacher—guru yang mengajar dengan cinta dan menjadikan dirinya sebagai teladan hidup.
Buku ini mengingatkan kita: jika guru tidak terus berkembang, maka mereka akan tertinggal. Adaptasi informasi kini terjadi sangat cepat—bahkan disebut 4 kali lebih cepat setiap 72 jam! Maka, hanya guru yang mau belajar, refleksi, dan berubah yang akan tetap relevan.
Melalui berbagai cerita dan pengalaman, buku ini menjadi cermin bagi siapa pun yang ingin menjadi pendidik sejati. Guru adalah profesi yang menuntut bukan hanya kompetensi, tetapi karakter, keberanian, dan kesediaan untuk terus tumbuh.


