Cisayong – Lapangan SMP Negeri 1 Cisayong pada Rabu (29/10/2025) tampak semarak oleh gelaran Gebyar Bulan Bahasa Kreasi, puncak kegiatan kokurikuler yang menggabungkan hasil karya lintas bidang. Tahun ini, siswa menampilkan drama musikal “Sangkuriang”, adaptasi cerita rakyat Sunda yang dikemas melalui kolaborasi antara teater, musik, tari, dan seni rupa.
Kegiatan yang telah berlangsung sejak 17 Oktober 2025 ini merupakan bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka, di mana siswa belajar melalui proyek nyata dan berkolaborasi lintas mata pelajaran.

Dari kiri ke kanan: Evis Santika, S.Pd. (Pengarah Acara),Usep Firdaus, S.Pd. (Pembimbing Teater), Lusi Apriliati, S.Pd. (Wakasek Kurikulum dan Pembina Sakseni – Sangga Kreasi Seni dan Budaya Necis), Hj. Dida Nurhayati, M.Pd. (Kepala SMPN 1 Cisayong) dan Nia Herlina, S.Pd. (Pembina Sakseni Tari dan Bahasa Sunda) berfoto bersama usai pelaksanaan Gebyar Bulan Bahasa Kreasi di lapangan SMPN 1 Cisayong, Rabu (29/10/2025).
Dalam sambutannya, Kepala SMPN 1 Cisayong, Ibu Hj. Dida Nurhayati, M.Pd., menyampaikan rasa bangga atas pencapaian seluruh siswa dan guru.
“Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan Gelar Karya Kokurikuler ini. Kegiatan ini luar biasa karena melibatkan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda, Informatika, dan Seni Budaya. Saya sangat bangga melihat anak-anak mampu menampilkan karya luar biasa, mulai dari drama ‘Sangkuriang’, dongeng, hingga batik jumputan hasil kreasi mereka sendiri. Mudah-mudahan kegiatan ini membentuk karakter anak-anak menjadi pribadi unggul dan berdaya saing,” ujarnya penuh apresiasi.
Konsep drama “Sangkuriang” digagas oleh Usep Firdaus, S.Pd., selaku pembimbing teater. Ia menuturkan bahwa ide ini berawal dari keinginan untuk menghadirkan cerita rakyat Sunda dalam format modern dan kolaboratif.
“Awalnya kami menulis naskah penuh, namun karena waktu terbatas, kami ringkas menjadi satu pementasan padat. Kami ingin menggabungkan semua unsur seni: teater, musik, karawitan, dan seni rupa, agar siswa bisa berkreasi bersama. Total ada sekitar 102 siswa yang terlibat dari berbagai bidang,” jelas Usep.
Properti, kostum, dan panggung dibuat oleh siswa sendiri. Siswa kelas VIII membuat batik jumputan, sementara kelas IX menghasilkan batik ekoprint yang digunakan sebagai dekorasi dan busana para pemain serta MC. “Properti yang digunakan di atas panggung, termasuk alat musik sederhana dan kostum, adalah hasil karya siswa. Ada yang bahkan kolaborasi dengan Pramuka — mereka membuat properti dari tongkat, tali temali, dan kain batik,” tambah Usep.
Sementara itu, Lusi Apriliati, S.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum sekaligus Pembina Sakseni (Sangga Kreasi Seni dan Budaya Necis), menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan hasil nyata pembelajaran lintas bidang.
“Gelar Karya ini merupakan wujud sinergi antara kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Semua guru terlibat, dan anak-anak belajar berkolaborasi lintas mata pelajaran. Hasilnya luar biasa, mereka tidak hanya tampil tetapi juga mencipta dari hasil belajar mereka sendiri,” tutur Lusi.
Senada dengan itu, Nia Herlina, S.Pd., selaku pembina Sakseni bidang tari dan Bahasa Sunda, menjelaskan bahwa tema Sangkuriang dipilih bukan tanpa alasan.
“Kami ingin anak-anak memahami dan mencintai budaya sendiri. Melalui kisah Sangkuriang dan Dayang Sumbi, mereka belajar tentang tanggung jawab, ketekunan, dan nilai moral. Yang terpenting, mereka bangga menjadi bagian dari budaya Sunda,” ungkap Nia.
Puncak acara ditandai dengan peluncuran Mars dan Hymne SMPN 1 Cisayong, yang dinyanyikan serentak oleh seluruh siswa dan guru. Lagu ini menjadi simbol semangat, identitas, serta kebanggaan baru bagi sekolah. Suasana haru dan gembira menyelimuti lapangan ketika lagu bergema dengan lantang di bawah langit Cisayong sore itu.
Gebyar Bulan Bahasa Kreasi SMPN 1 Cisayong tidak sekadar menjadi ajang seni, tetapi juga ruang pembelajaran kolaboratif yang menguatkan karakter, kreativitas, dan kecintaan terhadap budaya. Dari tangan dan hati para siswa, lahir karya yang membuktikan bahwa belajar bisa menyenangkan, bermakna, dan berakar pada budaya sendiri.


