“Jadi yang penting itu di sana kita bisa mengambil ibrah, pelajaran dari kaum Tsamud, wa samudalladzina jabus-sakhra bil-wad wa fir’auna dzil-autad. Jadi kalau seandainya orang datang ke sana dalam rangka untuk berwisata religi menurut saya boleh-boleh saja,” kata kiai Ahsin seraya mengutip surat Al Fajr ayat 9-10.
Alasan Allah Menghancurkan Kaum Tsamud
Pada kedua ayat itu disebutkan bahwa bangsa Tsamud adalah bangsa yang maju, kuat dan memiliki peradaban yang tinggi.
Namun Allah menghancur-leburkan bangsa Tsamud karena pembangkangan mereka. Sebagaimana Allah juga menghancurkan Fir’aun yang zalim dan mengaku sebagai Tuhan.
Pelajaran yang dapat diambil adalah dengan melihat betapa majunya bangsa mereka kala itu melalui peninggalannya (bukti sejarah).
Tetapi Allah dapat membinasakan dalam sekejap apabila umat manusia membangkang dari perintah Allah.
“Jadi menurut saya sendiri (mengunjungi Madain Saleh) itu bukan sesuatu yang harom, tapi hendaklah orang itu mengimbangi peringatan Nabi dengan mengambil pelajaran. Saya juga ingin ke sana, oh dulu tempatnya kaum Tsamud, jabus-sakhra bil-wad. Orang yang melihat berbeda dengan orang yang mendengarkan, jadi orang yang melihat dari dekat jauh lebih berkesan daripada yang hanya mendengar,” jelas kiai Ahsin beberapa waktu lalu.
Al Ula Lembah Antara Muzdalifah dan Mina
Menurut Kiai Ahsin, Nabi Muhammad SAW tidak benar-benar melarang, hanya saja meminta agar para sahabatnya tidak berlama-lama ketika berada di kawasan itu.
Hal serupa juga berlaku saat umat Muslim melewati Wadi Muhassir, sebuah lembah yang terletak antara Muzdalifah dan Mina.
Menurut Kiai Ahsin, ketika jamaah haji atau umrah melewati lembah tersebut, disunnahkan untuk mempercepat langkah. Jika menggunakan bus, kendaraan juga dianjurkan untuk melaju lebih cepat.


