Dexview – Pemilik Neuralink, Elon Musk, belum lama ini mengumumkan bahwa chip otak yang telah perusahaan tersebut kembangkan telah tertanam pada manusia untuk pertama kalinya. Meski prosedurnya berjalan lancar, sejumlah ahli mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai chip bernama Telepathy ini.
Kehadiran Telepathy terancang untuk merevolusi perangkat brain-computer interfaces (BCIs). Secara umum, BCIs adalah sistem berbasis komputer yang mampu menganalisis dan menerjemahkan sinyal otak menjadi sebuah perintah untuk mengontrol aktivitas eksternal, seperti mengontrol lengan robot prostetik hingga kursi roda.
Saat ini, ada beberapa jenis BCIs yang sedang dikembangkan di dunia, termasuk Telepathy. Sebagian di antaranya telah di uji pada manusia.
Melalui akun X pribadinya, Musk mengungkapkan bahwa chip Telepathy telah tertanam untuk pertama kalinya di manusia pada Senin (29/1/2024). Menurut Musk, penerima implan menunjukkan pemulihan yang baik.
Hasil yang Menunjukan Lonjakan Neuron yang Menjanjikan
“Hasil awal menunjukkan deteksi lonjakan neuron yang menjanjikan,” ungkap Musk.
Banyak ahli menaruh harapan terhadap percobaan Telepathy pada manusia ini. Namun di sisi lain, para ahli juga memiliki kekhawatiran terkait faktor keamanan serta efektivitas dari chip otak tersebut.
“Yang saya harapkan adalah mereka bisa menunjukkan bahwa perangkat ini aman, dan bahwa perangkat ini efektif dalam mengukur sinyal otak, dalam jangka pendek dan terutama dalam jangka panjang,” jelas ahli neurosains dari University Medical Centre Utrecht sekaligus Presiden BCI Society, Mariska Vasteensel, seperti dilansir Nature pada Senin (5/2/2024).
Salah satu pemicu timbulnya kekhawatiran di antara para ahli adalah minimnya informasi mendetail soal uji coba Telepathy pada manusia. Sebagai contoh, tak ada konfirmasi resmi yang menyatakan bahwa uji coba tersebut sudah bermula, selain unggahan Musk di X. Neuroengineer dari University of Oxford, Tim Denison, juga mengungkapkan bahwa informasi seperti lokasi tempat terlaksananya prosedur implantasi dan hasil yang jelas mengenai prosedur tersebut belum tersedia.
Tak hanya itu, uji coba yang Neurolink lakukan ini belum terdaftar dalam ClinicalTrials.gov yang US National Institutes of Health kelola. Padahal, banyak universitas yang mewajibkan para peneliti mereka untuk mendaftarkan uji coba dan protokol terkait uji coba tersebut ke repositori daring seperti ClinicalTrials.gov sebelum partisipan dalam studi direkrut.
Selain universitas-universitas, kewajiban serupa juga banyak jurnal medis terapkan agar sebuah publikasi bisa mereka terbitkan. Alasannya, pendaftaran di repositori daring berkenaan dengan prinsip etis yang terancang untuk melindungi orang-orang yang berpartisipasi dalam uji klinis. Hingga saat ini, Neuralink yang berbasis di California belum memberikan respons kepada Nature mengenai alasan belum terdaftarkan uji coba Telepathy terhadap manusia ini ke repositori daring.
Keunggulan dari Telepathy: Chip Otak Neuralink Milik Elon Musk
Chip yang berkembang oleh Neuralink ini sepenuhnya ada di dalam otak dan nirkabel untuk meminimalisir risiko infeksi. Selain itu, Telepathy merupakan BCIs pertama yang mampu merekam neuron secara individual.
Tak hanya itu, chip dari Neuralink ini memuat 64 rangkaian polimer fleksibel dan mampu merekam aktivitas otak di 1.024 titik. Neuralink juga sedang mengembangkan robot untuk memasukkan chip mereka ke dalam otak manusia.
Terkait uji coba Telepathy pada manusia, Denison menilai prioritas utama yang perlu adanya upaya keamanan. Uji coba ini perlu meninjau beragam potensi risiko yang mungkin bisa muncul akibat implantasi chip dari Neuralink ini.
“Tak ada strok, tak ada perdarahan, tak ada kerusakan pembuluh darah,” lanjut Denison.
Selain itu, uji coba ini juga perlu memantau risiko terjadinya infeksi. Di saat yang sama, para peneliti yang terlibat perlu melakukan pemantauan jangka panjang terhadap partisipan untuk mengecek apakah chip Telepathy tersebut masih tetap aman.
Bila mengacu pada brosur studi yang rilis oleh Neuralink, para partisipan akan dipantau oleh tim peneliti selama lima tahun. Mereka juga akan melakukan pemeriksaan fungsi perangkat secara berkala dan meminta masukan dari para partisipan mengenai pengalaman mereka.
Uji coba ini juga perlu melakukan penilaian terhadap kemampuan chip dalam mendeteksi sinyal neuron. Hal ini sangat penting mengingat elektroda atau chip tidak mudah untuk diganti setelah diimplantasikan pada otak.


