Dexview – Masyarakat dunia sangat menantikan terjadinya gerhana matahari total pada bulan April. Namun kabarnya para ilmuwan merencanakan observasi untuk gerhana matahari berikutnya, tetapi dalam bentuk “buatan” untuk mempelajari korona matahari.
Hal ini ada dalam Project for On-Board Autonomy (PROBA)-3, sebuah misi yang Badan Antariksa Eropa (ESA) ketuai dan telah mereka rencanakan setidaknya selama 14 tahun. Teknologi ini akhirnya akan rilis pada bulan September, dan rancangan untuk mendeteksi secara lebih baik fitur-fitur kecil dan redup di atmosfer luar matahari yang sangat redup atau istilahnya corona.
Dua Satelit yang Akan Diluncurkan Bersamaan ke Luar Angkasa
“Untuk mencapai tujuan tersebut, misi tersebut akan meluncurkan dua satelit kecil bersama-sama. Yang akan terpisah satu kali di luar angkasa dan terbang bersama-sama dalam orbit mengelilingi Bumi,” demikian laporan seperti melansir dari laman Space, Rabu (10/1/2024).
Sama seperti bulan yang melintas di depan matahari saat terjadi gerhana matahari. Kedua satelit tersebut, sebuah okulter dan instrumen khusus yang memiliki istilah coronagraphc. Akan meniru gerhana matahari alami dengan berbaris pada jarak 144 meter (472 kaki).
“Hal ini akan dicapai secara mandiri, tanpa bergantung pada bimbingan dari lapangan,” menurut pernyataan ESA sebelumnya.
Meskipun sepasang satelit ini membutuhkan waktu 19,5 jam untuk sekali mengelilingi Bumi. Itu akan mempertahankan formasinya hanya selama enam jam di setiap orbit untuk mengurangi biaya bahan bakar, menurut ESA. Konfigurasi seperti itu, yang kabarnya merupakan yang pertama dari jenisnya, akan membuat corona terlihat.
Fitur matahari ini sangat redup sehingga hanya terlihat selama gerhana matahari alami, yang tidak berlangsung lama dan jarang terjadi.
Kelemahan Gerhana Matahari yang Akan Dibuat Oleh PROBA-3
“Kita tidak akan melihat sedekat gerhana matahari,” kata Russell Howard. Ahli astrofisika di Laboratorium Fisika Terapan John Hopkins University, yang tidak terlibat dalam misi Proba-3, dalam pernyataannya.
Tetapi, kata dia, melihat gambar seperti itu selama berjam-jam dari pada dengan durasi peristiwa gerhana yang berdurasi lima hingga 10 menit akan menjadi hal yang spektakuler.
Koronagraf biasanya memiliku okulter, sehingga mampu menghalangi piringan terang matahari itu sendiri. Namun itu juga mengalami difraksi yang merusak data. Akibat cahaya yang tumpah di sekitar tepinya dan terkadang menyinari sinyal yang sangat redup.
“Cara terbaik untuk mengurangi difraksi adalah dengan meningkatkan jarak antara okultisme dan coronagraph. Dan itulah yang akan dilakukan Proba-3,” kata manajer proyek Proba-3 Damien Galano dalam sebuah pernyataan awal pekan ini.
Eropa untuk sementara waktu tidak memiliki akses independen ke luar angkasa setelah menonaktifkan roket Ariane 5 dan belum meluncurkan penerusnya, Ariane 6. Eropa juga menunda tanggal kembalinya roket lain, Vega C, hingga akhir tahun 2024. Tidak perlu khawatir, Proba Misi -3 akan lepas landas dari India, dari pelabuhan antariksa negara tersebut di Sriharikota.


