Desa Pegayaman di Bali adalah sebuah kampung Muslim yang unik dengan sejarah panjangnya melibatkan akulturasi budaya. Desa Pegayaman menjelma sebagai bukti hidup dari akulturasi budaya yang unik, di mana tradisi dan nilai-nilai dari berbagai kelompok budaya berdampingan dalam harmoni, sehingga menciptakan warisan yang kaya di tengah keberagaman Bali.
Menurut jurnal ilmiah “Akulturasi Budaya Pada Masyarakat Muslim Desa Pegayaman Buleleng Bali” oleh L. Edhi Prasetya, Desa Pegayaman awalnya dihuni oleh orang-orang Jawa Muslim yang dikirim oleh Kerajaan Buleleng pada abad ke-16. Mereka mendiami kawasan hutan gayam (gatep) di Bali, yang kemudian menjadi desa benteng.
Sejarah Awal dan Penciptaan Desa Pegayaman
Jelajahi kisah menarik Desa Pegayaman, kampung Muslim unik di Bali yang melibatkan akulturasi budaya dan sejarah panjang.
Asal Mula Desa Pegayaman
Desa Pegayaman berasal dari sekelompok laskar Blambangan yang membantu Raja Buleleng dalam peperangan melawan Kerajaan Blambangan. Setelah pertempuran selesai, laskar Blambangan tersebut ditempatkan di wilayah bukit berhutan gayam, yang kemudian menjadi desa benteng Pegayaman. Mereka juga bertugas sebagai pengawal puri di Buleleng.
Pemukiman awal ini terdiri dari kelompok yang tinggal di hutan gatep dan menggarap lahan pertanian. Desa ini menjadi benteng alam yang kokoh yang melindungi wilayah Buleleng sepanjang pantai utara Bali.
Struktur dan Ukuran Desa
Desa Pegayaman memiliki lima dusun atau banjar dengan nama-nama seperti Banjar Dinas Barat Jalan, Banjar Dinas Timur Jalan, Banjar Amerta Sari, Banjar Kubu, dan Banjar Kubu Lebah. Wilayah desa ini luas, mencapai sekitar ±1.400 Ha dengan panjang sekitar ±18 km.
Pola permukiman di Desa Pegayaman membentuk pola labirin yang diwarnai oleh banyak perempatan. Pola ini pada awalnya merupakan strategi prajurit untuk melakukan perang gerilya demi menjaga kerajaan.
Akulturasi Budaya di Desa Pegayaman
Desa Pegayaman merupakan contoh yang menarik dari akulturasi budaya. Awalnya, penduduknya adalah orang-orang Jawa Muslim, dan mereka menggabungkan unsur-unsur budaya Jawa dan Bali dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tercermin dalam seni, tata ruang, dan bahasa yang mereka gunakan di desa ini.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun mayoritas penduduk Desa Pegayaman beragama Islam, mereka hidup berdampingan dengan masyarakat Hindu sekitarnya dan saling menghormati keberagaman agama dan budaya.
Peran Desa Pegayaman dalam Sejarah Bali
Desa Pegayaman telah memainkan peran penting dalam sejarah Bali selama berabad-abad. Selain melindungi wilayah Buleleng sebagai desa benteng, Desa Pegayaman juga telah mempertahankan warisan budaya yang kaya. Tradisi musik dan tarian khas mereka telah menjadi bagian integral dari kebudayaan Bali.
Desa Pegayaman adalah saksi hidup sejarah Bali yang menggabungkan berbagai elemen budaya dalam harmoni. Dengan sejarahnya yang kaya dan peran pentingnya dalam menjaga kerajaan Buleleng, Desa Pegayaman merupakan warisan berharga yang harus dihargai.
Jelajahi kekayaan budaya Desa Pegayaman saat mengunjungi Bali. Terlibatlah dalam pengalaman unik ini dan temukan keindahan akulturasi budaya yang berlangsung selama berabad-abad.


